wELcomE tO mY bLOg

TERIMAKASIH YESUS KRISTUS ATAS ANUGERAHMU SENANTIASA

Minggu, Maret 30, 2008

Sapi Perah dan Pemanasan Global


Kalau membaca judul tulisan di atas, kita akan bertanya,"apa hubungannya antara sapi perah dan pemanasan global ?",
Tulisan ini akan mencoba memberi penjelasan mengapa peternakan sapi perah memberi pengaruh yang besar terhadap pemanasan global.
Ini ternyata semua berasal dari makanan sapi perah yang berasal rumput gajah. Saat rumput gajah tersebut dipanen, cadangan karbon di dalam tanah ikut terangkut. Menyusutnya cadangan karbon di dalam tanah ikut mendorong pemanasan global.
Pertanyaan berikutnya muncul"Bukankah peternakan sapi perah kebanyakan adalah peternakan rakyat yang kecil, masak bisa memberi dampak besar terhadap pemanasan global?"
Bermula dari teori efek kupu-kupu ( Butterfly effect ) di dunia metereologi ( ilmu tentang pengukuran cuaca ) yang dikembangkan ilmuwan Edward Norton Lorenz ( 1961 ). Kepak-kepak sayap kupu-kupu di hutan belantara Brasil bisa mempengaruhi perubahan iklim hingga mampu menciptakan Tornado di Texas. Artinya, tindakan manusia yang tampaknya kecil, sekecil enam angka di belakang koma, bisa menimbulkan kekacauan di belahan bumi lain. Teori ini dikenal dengan teori kekacauan ( chaos theory ). Inilah yang bisa menjelaskan mengapa peternakan rakyat yang mungkin hanya satu desa bisa dikaitkan dengan kenaikan suhu bumi.

Penjelasannya begini seperti yang ditulis Dody Wisnu Pribadi di Kompas .
Peningkatan kadar karbondioksida dalam udara ( CO2 ) menimbulkan efek rumah kaca, yakni tertahannya panas matahari di dalam atmosfer yang berdampak pada kenaikan suhu muka bumi. peningkatan suhu satu derajat saja diyakini bisa menimbulkan berbagai macam bencana global, kekeringan , banjir, udara panas, serta badai akibat mencairnya gunung es di kutub.

CO2 ada di dua lokasi utama, yaitu di dalam tanah dan di udara. Di tanah, CO2 disimpan lewat pernapasan tanaman, jatuh dan tersimpan di bumi sebagai humus.Seharusnya semakin banyak cadangan karbon di dalam tanah, kondisi iklim akan sebagai baik karena lebih sedikit karbon di udara. Penyimpanan karbon paling baik adalah di lingkungan hutan atau hutan belantara. Jika terjadi alih guna hutan , seperti untuk pertanian , perkebunan, termasuk budi daya rumput gajah untuk pakan sapi , akan terjadi ketidakseimbangan karbon di lokasi itu.

Jika rumput gajah yang ditanam sebagai tanaman sela di hutan pinus dipanen sebagai sumber pakan sapi, hilangnya karbon jauh jauh lebih cepat daripada masuknya karbon dari pernapasan pohon pinus. Di sinilah bisa dimengerti mengapa peternakan sapi bisa memberi sumbangan besar terhadap pemanasan global.

Kalau demikian , apakah peternakan sapi perah harus ditutup? Bagaimana dengan kebutuhan susu rakyat??????

Tidak ada komentar: